kotabontang.net - Seorang wanita di Melbourne, Australia, membentuk kelompok korban penipuan berkedok kencan online. Jan Marshall tertipu teman kencan online yang meninggalkan dia dengan tumpukan utang sebesar 250.000 dollar Australia atau sekitar Rp 2,5 miliar.
Penipuan ini berawal tahun 2010. Jan Marshall mencoba peruntungan mencari jodoh lewat situs kencan online di internet dan tidak berapa lama seseorang bernama Eamon mengontaknya. Pria itu mengaku sebagai insinyur berkewarganegaraan Inggris yang tinggal di AS.
"Saya awalnya terkejut ada orang yang mengontak saya dari tempat yang sangat jauh jaraknya. Padahal, saya sudah katakan dengan jelas kalau saya butuh seseorang untuk menemani dalam 'menjelajah' kota Melbourne, tetapi kami tetap berkomunikasi."
Marshall menyangka Eamon merupakan pasangan yang akan menemaninya hingga akhir hayat karena pada bulan pertama perkenalannya, Eamon mencurahkan semua perhatian dan cinta untuknya. "Dia 'membombardir' saya dengan cinta sehingga saya berpikir inilah pria yang layak saya nikahi dan menghabiskan waktu hingga akhir hayat," katanya.
Mereka berbicara di internet selama dua jam setiap hari dan telepon, tetapi tidak pernah melakukan video chating karena selalu saja webcam mereka mengalami gangguan.
"Mereka (para penipu itu) memastikan kita menghabiskan waktu banyak dengan mereka sehingga kita terisolasi dari teman dan jika ada rekan Anda yang mengingatkan untuk berhati-hati, mereka akan bilang, 'Jangan dengarkan temanmu, kita memiliki hubungan yang istimewa dan mereka tidak akan pernah mengerti'," katanya.
Namun, kemesraan di antara mereka dalam waktu kurang dari dua bulan terhenti. Pria itu lenyap, meninggalkan Marshall yang patah hati serta utang ribuan dollar.
Sebelum menghilang, pria itu mengaku mendapat tawaran kerja ke Dubai dan setelah itu dia akan singgah ke Australia untuk menemuinya. Ketika itulah, pria bernama Eamon ini mulai meminta uang.
"Eamon mengaku, di Dubai dia mengalami sejumlah masalah dan butuh bantuan uang. Dia mengaku seharusnya ia menerima cek gaji, tetapi tidak bisa diuangkan karena dia harus mengurusnya ke bank di Inggris," tuturnya.
Dia juga mengatakan perlu uang untuk membayar pajak dan tidak diizinkan untuk meninggalkan Dubai. "Saya kemudian memberikannya uang untuk membayar pajak itu dan malam itu juga dia dirampok dan kehilangan uangnya."
Ketika Marshal baru saja mengirimkan uang agar pria itu bisa meninggalkan Dubai, dia kemudian mengaku mengalami kecelakaan dalam perjalanan menuju bandara.
"Berikutnya, dia mengaku berada di rumah sakit dan butuh uang untuk mengobati sakitnya," tutur marshal.
Akhirnya, setelah mengaku sudah bisa meninggalkan Dubai, pria itu sudah tidak bisa lagi dikontaknya. "Baru saya menyadari kalau ini merupakan penipuan," katanya.
Marshall mengaku sekarang dia berutang ribuan dollar dan kehilangan semua tabungan dan bahkan menarik dana pensiunnya yang tidak dibolehkan.
Kantor pajak memaksanya menutup akunnya dan mewajibkan dia membayar pajak sejumlah uang pensiun yang telah ditariknya. "Saya berakhir dengan tunggakan pajak lebih dari 70.000 dollar dan saya tidak tahu bagaimana membayarnya karena saya diberhentikan dari pekerjaan saya bulan Agustus lalu."
Sekarang, dia berharap bisa mendapatkan uang dari buku yang ditulisnya mengenai pengalaman penipuan kencan online yang dialaminya.
Dalam upayanya mendapatkan dukungan, Marshall menemui sejumlah korban penipuan berkedok kencan online yang disebut korban "penipuan romantis". Lebih dari belasan orang bergabung dan akan menggelar pertemuan pertama pekan depan.
Marshall mengaku terinspirasi untuk membentuk kelompok dukungan setelah melihat kelompok yang sama di Queensland. "Kemampuan untuk dapat berbicara satu sama lain yang telah mengalami pengalaman serupa itu merupakan hal yang sangat menyembuhkan," katanya. (ABC Australia)